atas
loading...
Patriot NKRI - Setiap orang menerima 750 butir peluru kaliber 7,62 mm. Mereka juga membawa dua buah granat, ransum tempur untuk tiga hari. Para personel juga membawa ransel berisi baju loreng, baju kaos, sepatu lapangan dan topi rimba (Foto Cover: Pasukan Kopassus).
Para veteran Kopassus memperingati 40 tahun penerjunan Dili 7 Desember 1975. Tak cuma heroik, banyak kisah menarik dalam misi penyerbuan lintas udara terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Baca Juga: Menyedihkan...! Merebus Sepatu Lars Untuk Dimakan. Cara Prajurit Bertahan Hidup Di Belantara Hutan
Salah satunya adalah cerita Komandan Nanggala V/Kopasandha Letkol Inf Soegito. Soegito dan pasukannya ditugaskan untuk merebut tiga sasaran penting: Bandara Dili, pelabuhan dan pusat pemerintahan.
Pasukan Kopasandha (kini Kopassus) dilengkap dengan parasut utama T-10 dan senapan serbu AK-47. Setiap orang menerima 750 butir peluru kaliber 7,62 mm. Mereka juga membawa dua buah granat, ransum tempur untuk tiga hari. Para personel juga membawa ransel berisi baju loreng, baju kaos, sepatu lapangan dan topi rimba.
Letkol Soegito membawa senapan AK-47 dengan popor lipat. Dia sempat ditawari untuk membawa Uzi, namun ditolak. Alasannya Soegito tak familiar dengan senjata buatan Israel itu.
Baca Juga: Mengerikan...! NRS-2, Pisau Komando Unik Yang Memiliki Kemampuan Rahasia.
"Karena perokok berat, Soegito memilih meninggalkan 100 butir peluru dan menggantinya dengan empat slof rokok!" demikian ditulis dalam buku Hari H 7 Desember 1975, Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis yang disunting Atmadji Sumarkidjo.
Dalam buku terbitan Kata Penerbit ini dituliskan Kopasandha merupakan pasukan Stoottroepen atau pasukan pemukul yang hanya bertugas merebut sejumlah sasaran penting. Karena itu tak ada bantuan senjata berat. Setiap regu hanya dilengkapi senapan mesin dan mortir untuk bantuan tembakan.
Lalu bagaimana kalau ternyata pertempuran di Dili berlangsung lebih dari tiga hari?Mayjen Benny Moerdani hanya berucap dengan dingin. "Makanan, air, senjata dan peluru ada pada musuh. Rebut dari mereka!"
Baca Juga: Mengingat Pertempuran Sengit & Berdarah Kopassus Vs Tropaz, Pasukan "Bengis" Didikan Portugal.
Pagi hari 7 Desember 1975, pasukan Nanggala diterjunkan di atas Dili. Sejak terjun mereka sudah ditembaki dari bawah. Lewat pertempuran sengit, kota Dili jatuh ke tangan pasukan Indonesia. Namun 19 prajurit terbaik Korps Baret Merah itu gugur dalam tembak menembak.
Note: Kebiasaan merokoknya jangan ditiru ya, tirulah sifat dan sikap patriotismenya.
Sumber: merdeka.com
loading...